Sebanyak 30% - 40% laki-laki usia > 50 tahun mengalami impotensi dan obesitas maupun inaktivitas fisik dapat meningkatkan resiko tersebut. Selain itu perubahan hormonal yang menyertai obesitas seperti rendahnya kadar hormone testosterone, akan meningkatkan resiko munculnya impotensi atau disfungsi ereksi. Faktor lain yang berperan antara lain diabetes dan hipertensi.
Para peneliti menyatakan bahwa interaksi kompleks antara berat badan dan keadaan kesehatan lain, berhubungan dengan gejala medic yang umum ditemui seperti impotensi. Diingatkan bahwa aterosklerosis dapat menyebabkan tidak hnya penyakit makrovaskuler seperti serangan jantung dan stroke tetapi juga penyakit mikrovaskuler seperti impotensi atau disfungsi ereksi.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kita harus ingat, fungsi seksual seringkali juga terganggu pada pasien dengan obesitas dan penilaian fungsi seksual perlu dilakukan secara rutin. Jika tidak, maka kita secara tidak langsung akan mempunyai suatu kesimpulan yang salah, yaitu obesitas adalah aseksual.
Jadi obesitas bukan aseksual tetapi mempunyai resiko tinggi terhadap terjadinya disfungsi ereksi atau impotensi. Oleh karena itu marilah kita jaga kesehatan diri kita dengan berat badan yang ideal, yang dapat mengurangi resiko penyakit seperti jantung, stroke dan disfungsi ereksi atau impotensi.